Kamis, 17 November 2016

Cara menyajikan pendidikan moral



Cara menyajikan pendidikan moral

Penyusunan isi pendiidkan moral hendaknya memperhatikan psikologis agar dapat menjamin tingkat keberhasilan tujuan pendidikan. Paham ini berpendapat bahwa untuk mencapai terjadinya internalisasi moral, hendaknya pada tahap permulaan dikembangkan pengkondisian dan latihan moral agar terjadi internalisasi. Paham ini dipercaya, manakala bahan pendidikan moral disajikan dengan baik dan menarik, walaupun hanya dengan teknik ceramah, hal tersebut akan menghasilkan internalisasi. Penalaran moral dan penyajian pendidikan moral dengan langkah-langkah berpikir ilmuwan sosial hanya akan menimbulkan kegaduhan saja.
Di lain pihak, paham yang mementingkan perkembangan penalaran moral tidak setuju kalu pendidikan moral menekankan pada pengkondisian dan latihan moral dalam rangka upaya internalisasi nilai moral, seperti yang dianut oleh para Durkheimian. Paham yang didukung oleh aliran factuly psychology ini menimbulkan kebosanan dan menyebabkan jenis-jenis berpikir yang kurang berkembang. Dengan perkataan lain, keadaan ini dapat menimbulkan perilaku yang tidak konstruktif bagi seseorang dalam menghadapi suatu masalah yang menyangkut moral, yang oleh para ahli kesehatan mental dianggap bisa menimbulkan psikosomatik, tanpa alas an (Metcaft, 1971).
Oleh karena itu, pihak ini cenderung untuk menggunakan cognitive development sebagai pusat pendekatan dalam pendidikan moral dan tidak mengikuti cara transmisi nilai-nilai, moral yang pasti benar. Cognitive development sebagai pusat pendekatan dalam pendidikan moral akan dijadikan dorongan agar seseorang dapat melakukan restrukturisasi dalam pengalaman dirinya melalui berbagai pengalaman dalam melakukan pilihan moral dan pertimbangan moral (Kohlberg,1971).
Paham ini pada dasarnya mengikuti aliran field psychology dan configurational psychology. Dengan berpijak pada field psychology, proses pengambilan keputusan dan pendekatan masalah bisa dikembangkan suatu pengalaman belajar yang membiasakan seseorang untuk mampu menyusun konstruksi berpikir serta mendorong perkembangan penalaran moral maupun berpikir ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar