Kamis, 22 Desember 2016

Index Tugas Blog Filsafat Reva Febrianti 2290150041 Pendidikan Sosiologi



Daftar isi

1.        SEJARAH FILSAFAT BARAT DAN TIMUR

2.        Memanusiakan Manusia

3.        Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant

4.        Filsafat Politik Aristoteles

5.        ILMU DAN NILAI

6.        filsafat kesehatan

7.        Perkembangan Ilmu Pengetahuan

8.        hubungan filsafat dengan manusia

9.        Sejarah Perkembangan Psikologi

10.   Pentingnya Filsafat Terhadap Manusia

11.   Keterampilan Dasar Mengajar

12.   Model-model Pembelajaran

13.   kurangnya kesempatan bersekolah bagi anak indonesia

14.   Kurangnya Pemerataan Sarana dan Prasarana Sekolah

15.   Filsafat Pancasila

16.   Ruang Lingkup, Fungsi Kajian dan Tujuan Sosiologi Pendidikan

17.   Klasifikasi dan Hirarki Nilai

18.   Modernisasi

19.   Permasalahan dalam Sosiologi Pendidikan

20.   Filsafat Pendidikan dalam visi misi Untirta

21.   Identitas yang dibagun pendidikan di Indonesia

22.   Globalisasi

23.   Definisi Pendidikan Nilai

24.   Tujuan dan manfaat mempelajari filsafat

25.   Objek dalam Filsafat

26.   Sistematika Filsafat

27.   Keseimbangan Indera, Akal dan Hati

28.   Hal/Faktor Alasan yang Menyebabkan Anak Tidak Mau Sekolah

29.   Hubungan pendidikan dengan sistem sosial/ struktur sosial

30.   Faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia

31.   Manajemen Pendidikan berdasarkan Perspektif Filosofi

32.   Perspektif Hukum dan Kebijakan mengenai Pendidik

33.   Peran Orangtua Dan Masyarakat Terhadap Pendidikan Ditinjau Dari Psikologis

34.   Pengaruh Politik terhadap pendidikan

35.   Pendidikan Dalam Perspektif Politik

36.   Makna Pendidikan

37.   Hubungan Kebudayaan dengan Pendidikan

38.   Landasan Pedagogis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

39.   Nilai-nilai Yang Dikembangkan dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

40.   Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa

41.   Upaya pemerintah dalam pemerataan pendidikan di Indonesia

42.   Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Daerah Terpencil

43.   Pentingnya Pendidikan Untuk Warga Kurang Mampu Di Indonesia

44.   Sikap Belajar Peserta Didik

45.   Permasalahan dalam Sosiologi Pendidikan

46.   Motivasi dalam Belajar

47.   Cara menyajikan pendidikan moral

48.   Teori pengembangan moral pendidikan dalam budi pekerti

49.   Pendekatan pendidikan

50.   Ekonomi pendidikan

51.   Fungsi produksi dalam pendidikan

52.   Perkembangan pendidikan dalam Masyarakat

53.   Tujuan dan Prinsip – Prinsip Kebijakan Pendidikan

54.   Tenaga Pendidik

55.   Perkembangan Profesi Pendidik

56.   MENGAPA MANUSIA HARUS DIDIDIK/MENDIDIK

57.   Unsur-unsur Pendidikan

58.   Kode Etik Profesi Keguruaan

59.   Peranan keluarga terhadap pendidikan

60.   Sejarah pendidikan di Indonesia

61.   Aliran-aliran Pendidikan

62.   Landasan pendidikan

63.   Tujuan, proses dan unsur-unsur dalam pendidikan

64.   Efisiensi Pengajaran di Indonesia

65.   Sejarah Pendidikan di Dunia

66.   Lingkungan Pendidikan

67.   ASAS POKOK PENDIDIKAN

68.   Hubungan Filsafat dengan berbagai Aspek

69.   Dasar, tujuan dan peranan filsafat

70.   Permasalahan Pendidikan di Indonesia

71.   Filsafat Pendidikan

72.   Aliran-aliran filsafat Pendidikan

73.   Aksiologi

74.   Kesiapan Belajar dan Aspek-aspek Individu

75.   Karakteristik Kebijakan Pendidikan

Rabu, 21 Desember 2016

SEJARAH FILSAFAT BARAT DAN TIMUR



SEJARAH FILSAFAT BARAT DAN TIMUR

Pada umumnya filsafat terbagi menjadi 2 garis besar yaitu filsafat Barat (occidental) dan Timur (oriental). Filsafat barat dan filsafat Timur tentu sangat berbeda karakteristinya karena berkembang di daerah yang berbeda dengan kebudayaan serta peradaban yang berbeda pula. Banyaknya ilmuwan dari Barat yang selalu menciptakan inovasi baru untuk kemajuan dunia membuat filsafat Timur kurang mendapat perhatian. Filsafat Timur memang terkenal dengan sifatnya yang religius, mistis-magis sehingga kurang bisa diterima secara rasional. Filsafat Timur berkembang di daerah China, India, Jepang yang banyak memunculkan pemikiran-pemikiran dan digunakan pedoman oleh masyarakat bagian timur. Di wilayah Timur juga terkenal sebagai wilayah yang mempunyai peradaban besar didunia dan sumber agama serta pandangan tentang manusia dan dunia. Banyak orang yang mencari ketenangan di daerah Timur karena dianggap memiliki suatu keadaan yang mendamaikan dan mententramkan jiwa. Cara pandang filsafat Timur lebih pada realita yang terjadi di sekitarnya, lebih memikirkan tentang dunia dan sesamanya.
Secara geografis wilayah Barat dan Timur memiliki banyak perbedaan, hal ini juga tetntu mempengaruhi cara berfikir mereka. Perbedaan paham antara Barat dan Timur yaitu jika di dunia belahan Timur mempunyai banyak negara dan banyak penduduk dengan jumlah yang besar serta angka kelahiran yang sangat tinggi. Mereka juga masih tergolong sebagai golongan menengah kebawah, sedangkan di dunia bagian barat sudah mengembangkan kemajuan teknologi sejak lama. Manusia di bagian barat juga tergolong aktif sedangkan di Timur tergolong pasif. Hal ini sesuai dengan keyakinan dan ajaran pokok mereka seperti Konfusianisme, Taoisme, Budhisme, dan lain-lain (Kebung, 2011: 8).
Didunia belahan Timur mereka lebih menekankan pada intuisi dan juga pada batiniah, spiritual, dan mistis. Berdasarkan hal inilah maka orang Timur mempercayai bahwa dengan memiliki jiwa yang baik maka mereka akan mencapai kebijaksanaan dan kebaikan hidup. Jika di bagian barat mereka lebih condong pada keadaan masyarakat sekitar serta pada ilmu pengetahuan. Didunia barat yang mereka lihat adalah objek dan kerja lapangan jadi manusia harus menguasai alam untuk kepentingannya. Jika didaerah timur manusia merupakan bagian dari alam. Orang Barat berpedoman “to do is more important than to be” (berbuat lebih penting daripada sekedar ada), jika orang timur lebih kepada “to be is more important than to do” (kehadiran lebih penting daripada seseorang perbuat), jadi orang timur kurang suka denganpertentangan dan konflik (Kebung, 2011: 8).
Cara berfikir orang timur lebih pada cara mereka melihat dunianya, bagaimana mereka melihat diri sendiri dan sesama, dan bagaimana mereka menggantungkan diri pada Sang Pencipta. Persprektif filsafat orang timur lebih pada human dan religius. Arah gerak filsafat Barat muncul karena pemikiran rasional dari para filusuf. Misalnya Karl Marx yang mempunyai pemikiran tentang historis matrealisme. Karl Marx berfikiran secara rasional karena saat itu kapitalisme sedang genjar dan juga kaum borjuis telah menindas kaum buruh sehingga kaum buruh harus sengsara dibawah majikannya. Marx menginginkan masyarakat tanpa kelas sehingga dia ingin memperjuangkan hak kelas dalam masyarakat. Karl Marx akhirnya mengeluarkan teori konflik yang tujuannya ingin masyarakat menjadi sama rata dan sama rasa.
Arah gerak filsafat Timur lebih kepada intuisi, intelegensi dan akal budi. Tujuan dari Filsafat Timur lebih mengedepankan ilmu pengetahuan yang didasari moralitas tujuannya agar manusia menjadi bijaksana dalam menjalani hidup. Misalnya filsafat Konfusius yang lebih mengedepankan moral dan kebajikan. Konfusius melihat bahwa rakyat Tiongkok yang sedang mengalami krisis dalam bermoral. Akhirnya Konfusius memutuskan untuk mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai moral serta kebajikan yang diajarkan pada murid-muridnya.
Dalam filsafat barat yang dijadikan subjek adalah manusia dan alam dijadikan objek, jadi mereka memanfaatkan alam untuk kepentingan mereka sedangkan di filsafat timur alam dan manusia lebih menyatu. Mereka menganggap bahwa alam merupakan bagian dari manusia yang harus dipelihara. Pandangan Filsafat Barat terhadap cita-cita hidup diisi dengan bekerja dan bersikap aktif sebagai kebaikan tertinggi. Dengan sifat yang rasional filsafat barat lebih memandang dengan bekerja keras maka segala kebutuhan akan terpenuhi. Sedangkan pandangan filsafat Timur mengenai cita-cita hidup yaitu lebih kepada harmonisan, ketenangan.Mereka berprinsip bahwa kehidupan dijalankan dengan sederhana dan menyesuaikan dengan alam.

Memanusiakan Manusia



MEMANUSIAKAN MANUSIA

“Memanusiakan manusia” merupakan kata yang sangat mencirikan kepada suatu aliran dalam kajian ilmu filsafat modern, yaitu aliran humanis. Aliran ini memandang manusia sebagai makhluk yang bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatannya mampu mengembangkan diri.
Aliran humanisme sebagai suatu gerakan intelektual dan kesusastraan pada prinsipnya merupakan aspek dasar dari gerakan Renaisanse (abad ke 14-16 M.) tujuan gerakan humanisme adalah melepaskan diri dari dominansi kekuasaan Gereja dan membebaskan akal budi dari kungkungannya yang mengikat. Maka dalam batasan-batasan tertentu, segala bentuk kekuatan dari luar yang membelenggu kebebasan manusia harus segera dipatahkan.  Kebebasan merupakan tema terpenting dari humanisme, tetapi bukan kebebasan yang absolut, Kebanyakan tulisan humanistik awal diarahkan untuk melawan dogma agama. Sebagai contoh, para penulis abad 16 seperti Desiderius Erasmus dan Sir Thomas More memprotes gereja yang sering kali menyuruh orang taat pada doktrin-doktrin agama, hal ini dianggap oleh para pemikir telah merusak martabat kemanusiaan dengan merampas kebebasan berpikir untuk diri sendiri.
Humanisme Pada abad 18 periode perkembangan dimasukan kedalam masa pencerahan. Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseu dimana tokoh ini mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba kesempurnaan tujuan-tujuan pendidikan. Tulisan-tulisan Locke juga menggemakan pertanggungjawaban semacam itu di abad tersebut. Sebelum Locke, otoritas-otoritas politik dan agama seringkali menganggap masyarakat sudah jahat secara bawaan sejak lahir, karena itu perlu direpresi. Namun jika Locke benar bahwa masyarakat semata-mata produk lingkungan, maka satu-satunya kesempatan memang mengubah lingkungan untuk menyempurnakan masyarakat sehingga membuat represi tidak lagi dibutuhkan. Dan jika ketidaksetaraan bukan hal bawaan, melainkan produk dari kondisi yang ada, manusia bisa menghilangkannya. (Crain, 2007).
Pada abad 20 terjadi perkembangan humanistik yang disebut humanisme kontemporer yang merupakan reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern.
Di pandangan melalui  caranya aliran ini juga berimbas keranah pendidikan dengan adanya teori belajar humanistik, pelopor dari teori ini adalah Jurgen Hubermas. Teori humanistik proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh karena itu teori ini erat hubungannya dengan dunia filsafat.
Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun bisa dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia, maksudnya adalah, mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, dan realisasi diri orang yang belajar secara optimal, kerena manusia merupakan makhluk yang kompleks, maka banyak ahli memandangnya dari sisi yang berbeda sesuai dengan mana yang menjadi penekanannya.
Teori belajar humanistik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Karena kedekatannya dengan kajian filsafat dari pada bidang pendidikan. Namun, teori ini dinilai ideal karena memanusiakan manusia dapat mendukungnya suatu pendidikan. Karena pada intinya pendidikan ialah diarahkan untuk membentuk manusia yang ideal, yang dicita-citakan. Maka dari itu sangat perlu diperhatikan perkembangannya oleh guru dalam merencanakan pembelajarannya. Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila mempunyai pengertian tentang dirinya dan dapat menentukan pilihan dengan bebas. Dengan demikian teori humanistik dapat menjadi penjelas bagaimana tujuan tersebut dapat tercapai.
Dalam prakteknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh karena itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah pembajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
  2. Menentukan materi pelajaran.
  3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.
  4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
  5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
  6. Membimbing siswa belajar secara aktif.
  7. Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya.
  8. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.
  9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.
  10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Ada pula Implikasi Teori Belajar Humanistik, sebagai berikut :
  1. Guru Sebagai Fasilitator.
  2. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
  3. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
  4. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
  5. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
  6. Guru menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
  7. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
  8. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
  9. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
Jika kita lihat seksama dari panduan atau acuan penerapan teori belajar humanistik diatas, sekilas mungkin akan teringat kurikulum 2013 yang menjadikan guru sebagai fasilitator. Membiarkan siswa mengembangkan minat dan bakatnya dan menjadikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, yang artinya siswa dituntut membangun dan mengembamgkan pengetahuannya, juga dituntut menjadi aktif dalam proses belajar. Hal ini pun sama dengan apa yang dicirikan oleh teori humanistik.
Apabila dilihat dari kegunaannya “Memanusiakan manusia” ini menjadi sangat penting saat pendidikan terasa hambar dengan pembelajaran yang diberi hanya sekedar satu arah, yang menjadikan guru sebagai model tunggal dalam pengaplikasiannya. Padahal siswa yang seharusnya menjadi subjek dan bukan menjadi objek yang dianggap sebagai tong kosong yang ditetesi air oleh gurunya.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. Organis, harmonis, dinamis. Guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Manfaat dari humanistik ini akan sangat membantu para pendidik menyadari bahwa murid ialah manusia-manusia yang berharga dan berkembang, juga pendidik dapat memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas. Meskipun teori humanistik ini masih sukar diterapkan kedalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini sangat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskan dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami kejiwaan manusia, menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti, tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaranm serta pengembangan alat evaluasi, kearah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
Kelebihan dari teori belajar humanistik adalah
  1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena iker.
  2. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola iker, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
  3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku
Kekurangan dari teori belajar humanistik adalah :
  1. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar
  2. Terlalu memberi kebebasan pada siswa